Sabtu, 14 Oktober 2017

Ambulance dan Fungsinya

Belum lama, dan mengulang beberapa kali terjadi, kita mudah salah paham tentang penggunaan ambulans. Dulu beberapa kali terjadi, Kepala Puskesmas atau Direktur, ditegur, dimarahi, bahkan sampai diberi tindakan disiplin ketika ada keluhan: ... tidak mau membantu mengantarkan jenazah menggunakan ambulans.

Kiranya perlu didudukkan, bahwa ada beda pemahaman soal ambulans dan mobil jenazah. Secara fungsi umum, memang Mobil Jenazah pun bisa saja disebut ambulans dalam arti "untuk tujuan memindahkan". Namun dari segi karakteristik dan terutama spesifikasi sangat berbeda.

Ambulans dalam pemahaman yang lebih tepat, adalah digunakan untuk memindahkan pasien, bukan untuk jenazah. Agar mudah, kita sebut ambulans pasein. Sesuai kondisi dan penggunaannya, dikenal 3 tingkatan umum ambulans pasien: dasar (atau basic), transport dan lengkap (atau advances).

Untuk mudahnya dihapami, Ambulans basic digunakan untuk pemindahan pasien dalam keadaan relatif stabil dan aman pada jarak relatif dekat. Dukungan alat dan sarananya tentu bersifat dasar saja.

Ambulans transport untuk suatu tujuan pemindahan jarak sedang-jauh. Karena kondisinya, tentu dukungan sarprasnya juga lebih lengkap daripada ambulans dasar. Bahkan sesuai jarak, dan kondisi pasien, bisa saja ada perlengkapan khusus yang harus disediakan.

Ambulans lengkap, digunakan untuk suatu kondisi khusus yang bahkan bisa saja dilakukan tindakan gawat darurat di dalam ambulans bila kondisi pasien mengharuskan demikian. Karena itulah diperlukan dukungan sarpras lengkap dan adances (tingkat lanjut).

Sedangkan untuk keperluan membawa jenazah, tentu sudah tidak lagi diperlukan peralatan sebagaimana ambulans untuk pasien. Yang jelas adalah tempat untuk meletakkan jenazah secara aman dan terhormat. Kemudian ada  tempat bagi keluarga bila berkenan mendampingi selama perjalanan. Itu saja. Dan karenanya sangat berbeda tentu dengan ambulans pasien.

Menggunakan ambulans pasien untuk membawa jenazah tentu kurang tepat, karena sebenarnya tidak dibutuhkan banyak alat, dan membuat penempatan jenazah dan keluarga pendamping justru tidak nyaman.

Sebaliknya, membawa pasien gawat dengan mobil jenazah, tentu juga tidak tepat, karena tidak memenuhi kebutuhan medisnya.

Ketika di jalan, cara mengendarai, kecepatan dan manuvernya pun berbeda. Untuk ambulans pasien, tentu diperlukan kecepatan agar segera sampai di tempat tujuan. Tentu saja kecepatan ini juga terukur sesuai kondisi pasien.

Sedangkan untuk mobil jenazah, sebenarnya dari kacamata kebutuhan kesehatan, tidak lagi diperlukan keharusan segera sampai tempat tujuan. Bahwa secara agama, memang jenazah disegerakan untuk dimakamkan, tetapi tentu saja tidak seperti keharusan membawa pasien gawat RS misalnya.

Ini yang kadang terbalik: kalau melihat ambulans pasien, malah kurang mendapat perhatian. Tetapi kalau ada mobil jenazah, cenderung lebih memberikan prioritas dan jalan.
Bagaimana sebenarnya saat di jalan raya terkait prioritas didahulukan?
Pasal 65  PP No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan telah mengatur hal tersebut. Pasal 65 PP No. 43 Tahun 1993 menyebutkan :

Pemakai jalan wajib mendahulukan sesuai urutan prioritas sebagai berikut:

  1. kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas;
  2. ambulans mengangkut orang sakit;
  3. kendaraan untuk memberi pertolongan pada kecelakaan lalu lintas;
  4. kendaraan Kepala Negara atau Pemerintah Asing yang menjadi tamu negara;
  5. iring-iringan pengantaran jenazah;
  6. konvoi, pawai atau kendaraan orang cacat;
  7. kendaraan yang penggunaannya untuk keperluan khusus atau mengangkut barang-barang khusus.


Selasa, 18 April 2017

Teknik Vertical : Simpul / Knot

Salah satu bagian yang harus dikuasai oleh seorang penggiat di ketinggian adalah pengetahuan tentang simpul dan kemampuan membuat simpul dengan mudah dan cepat.
Gunakanlah simpul yang mudah dan cepat yang sering digunakan dalam kegiatan penyelamatan diketinggian. Jika membuat simpul tanpa harus berpikir dua kali pertolongan akan lebih mudah dilakukan
Simpul yang baik untuk kegiatan di ketinggian ada 4 ( empat) kriteria, antara lain sebagai berikut :

  1. Mudah dibuat.
  2. Mudah dilihat kebenaran lilitannya.
  3. Aman, dengan ikatan / lilitan tidak bergerak dan bergeser ataupun  tertumpuk pada saat dibebani.
  4. Mudah dilepas / diurai setelah dibebani.
Macam – macam simpul yang Familiar
Figure of eight knot / simpul delapan


Simpul ini biasanya dipakai untuk menghubungkan tali dengan harness yang  dan menggunakan carabiner, simpul ini juga bisa di pakai untuk membuat anchor (penambat).
Double Loop Figure of eight knot / Double Figure-of-eight on the bight
Simpul ini paling sering digunakan untuk laberang Y-belays. Sifat dari simpul ini, mudah untuk menyesuaikan loops oleh tali bergerak dari salah satu loops ke yang lain.
Bowline knot
Simpul bowline mudah berubah dan membuka. AWAS, jika salah membuatnya akan berakibat fatal. PENTING  juga membuat simpul kancingan di ujung nya, untuk menjaga kemungkinan simpul tersebut terlepas dengan sendirinya.
Simpul Pita
simpul ini digunakan untuk mengikat dua ujung tali yang pipih (webbing) atau menyambungkan 2 tali tersebut menjadi 1
Simpul nelayan / fisherman’s knot
simpul ini digunakan untuk menyambung 2 tali yang sama ukuran nya.
Misalnya : karnmantel dengan karnmantel
Simpul Prusik
Simpul ini biasanya di gunakan untuk prusiking / ascending

Simpul pangkal
Simpul ini biasanya digunakan untuk membuat anchor / penambat,mengikat tandu, dll
Inline knot
Simpul ini biasanya digunakan untuk menghubungkan tandu korban  dengan rescuer
Simpul Kupu – kupu / Butterfly knot
Untuk membuat ditengah atau tali dengan beban vertikal. Bisa juga digunakan untuk menghindari tali yang sudah friksi. Toleransi terhadap kekuatan tali 50%.
Masih banyak lagi simpul-simpul yang lain. . . silahkan dikembangkan sendiri
*Dirangkum dari berbagai sumber

Teknik Vertical : Single Rope technique

Single Rope Technique (SRT) adalah teknik yang dipergunakan untuk untuk menelusuri gua-gua vertikal dengan menggunakan satu tali sebagai lintasan untuk naik dan turun medan-medan vertikal. Berbagai sistem telah berkembang sesuai dengan kondisi medan di tempat lahirnya masing-masing metode. Namun yang paling banyak dipergunakan adalah Frog Rig System.
Teknik yang lain adalah: rope walker, Texas Rig, jumaring, Mitchele System, floating cam system.
Sistem frog rig menggunakan alat:
  1. Seat harness, dipergunakan untuk mengikat tubuh dan alat-alat lain. Dipasang di pinggang dan pangkal paha. Jenis-jenisnya adalah: bucklet, avantee, croll, rapid, dan fractio.
  2. Chest ascender, dipergunakan untuk memanjat (menaiki) lintasan atau tali dipasang di dada. Dihubungkan ke Delta MR oleh Oval MR.
  3. Hand ascender, dipergunakan untuk memanjat (menaiki) lintasan atau tali di tangan. Di bagian bawah dipasang descender, tempat digantungkannya foot loop dan cows tail.
  4. Descender, dipergunakan untuk menuruni tali. Ada beberapa jenis descender: Capstand (ada dua macam: simple stop dan auto stop), whaletale, raple rack (ada dua macam: close rack dan open rack), figure of eight, dan beberapa jenis lagi yang prinsip kerjanya sama dengan figure of eight.
  5. Mailon rapid,ada dua macam Mailon Rapid (MR), yaitu: Oval MR untuk mengaitkan Chest Ascender kepada Delta MR. Delta MR sendiri adalah untuk mengkaitkan dua loop seat harness dan tempat mengkaitkan alat lain seperti descender berikut karabiner friksinya dan cowstail.
  6. Foot loop , dicantolkan ke karabiner yang terhubung ke hand ascender. Berfungsi sebagai pijakan kaki. Ukuran dari foot loop harus tepat seperti gambar diatas. Hal ini sangat mengurangi kelelahan pada waktu ascending di pitc-pith yang panjang
  7. Cows tail, memiliki dua buat ekor. Satu terkait di hand ascender, dan satu lagi bebas, dipergunakan untuk pengaman saat melewati lintasan-lintasan intermediate, deviasi, melewati sambungan, tyrolean, dan traverse.
  8. Chest harness,untuk melekatkan chest ascender agar lebih merapat ke dada. Sehingga memudahkan gerakan sewaktu ascending normal, atau pada saat melewati sambungan tali. Chest harness lebih baik jika dapat diatur panjang pendeknya (adjustable), sehingga memudahkan pengoperasian, terutama apabila terjadi kasus dimana chest ascender terkunci di sambungan atau simpul, atau pada saat rescue.
(Gambar dari katalog Petzl )
Teknik-teknik yang harus dipelajari untuk SRT adalah ascending dan descending dengan penguasaan melewati jenis-jenis lintasan dan medan.
  • Melewati intermediate anchor
  • Melewati deviation anchor
  • Melewati sambungan tali
  • Melewati lintasan tyrolean, menggunakan satu tali dan dua tali.
  • Meniti tali dengan medan slope (miring)
Ascending
(Gambar dari katalog Petzl)
Meniti tali keatas dengan menggunakan dua alat Ascender. Untuk Teknik Frog System menggunakan Jammer atau Basic Jammer pada bagian atas yang didorong dengan tangan dan menggunakan Croll (Chest Ascender) yang dipasang didada.
Sebelum memulai meniti tali harus memperhatikan pemasangan alat yang benar.
Pemasangan Croll harus benar-benar rapat kebadan, agar supaya pada saat naik Croll tetap tegak lurus yang memudahkan melewati tali.
Untuk mendapatkan ikatan Chest Harness yang pas, sebaiknya memasangnya dengan sambil membungkuk atau mengencangkannya kembali setelah Croll terpasang ditali.
Gerakkan telapak kaki untuk menjepit tali dengan telapak kaki. Cara pertama adalah menjepit tali menggunakan bagian dalam pergelangan kaki dengan bagian luar telapak kaki. Cara kedua adalah menjepit tali dengan kedua telapak kaki ketika melakukan gerakan berdiri. Ketika mengangkat kedua kaki, kedua telapak kaki dibuka.
Rappelling (Descending/Abseiling)
Teknik menuruni tali dengan menggunakan peralatan Descender. Umumnya peralatan yang digunakan adalah Bobbins (Capstand) jenis Simple atau Autostop. Kemudian menambahkan carabiner Non Screw untuk menambah friksi pada tali agar lebih mudah mengontrol laju dan merubah arah tarikan tali kesamping atau keatas. Dibawah ini tahapan ketika akan melakukan rappelling :
Memasang Descender
Pasang cowstail pada carabiner anchor atau pada tali diantara main anchor dan back up anchor. Kemudian buka pintu descender lalu lilitkan tali sesuai dengan gambar yang tertera pada alat. Kencangkan tali dengan menarik tali sekuat kuatnya dan masukan tali pada carabiner friksi. Lihat gambar dibawah :
Mengontrol Laju
Pada saat melakukan Rappelling, yang harus diperhatikan adalah bagaimana mengontrol laju atau kecepatan turun.
Mengunci Descender
Mengunci dilakukan pada saat akan memasang anchor, beristirahat ditali dan kadang – kadang pada saat melewati Intermediate, sebelum memulai Rappelling atau situasi lain yang mengharuskan kita mengunci descender. Lihat gambar dibawah :

PERHATIAN:
  • Latihan ini harus dilakukan mengunakan peralatan yang mutu dan kekuatannya memenuhi standar
  • Latihan harus dibawah pengawasan oleh ahli.
  • Berlatihlah pada ketinggian yang tidak terlalu tinggi.
  • Cegahlah latihan yang dapat merusakkan alat: membebani alat melebihi beban normal, beban dengan arah abnormal, menggunakan alat tidak sesuai dengan manual book-nya.
  • Latihan yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat alternatif, harus masih dalam tingkat aman.
  • Pernah melakukan latihan teknik tertentu bukanlah jaminan bahwa kita sudah menguasai teknik tersebut.
  • Berlatihlah satu teknik sampai lancar tanpa hambatan dan kesalahan sebelum berlatih teknik yang lain.
  • Berlatihlah dengan selalu ditemani oleh orang lain yang juga memahami SRT.
  • Berniatlah berlatih untuk menolong orang lain dan diri sendiri.
  • Hindarilah terjadinya kecelakaan di gua untuk orang lain maupun diri sendiri.
*Dirangkum dari berbagai sumber

MANAJEMEN DAPUR UMUM

Penyelenggaraan Dapur Umum



               Dapur umum adalah dapur lapangan yang diselenggarakan untuk menyediakan / menyiapkan makanan dan dapat didistribusikan / dibagikan pada korban bencana alam dalam waktu cepat dan tepat


              Regu Dapur Umum


               Seorang Ketua Regu

               Seorang Wakil Ketua Regu

               Seorang Koordinator Tata Usaha

               Seorang Koordinator Perlengkapan dan Peralatan

               Seorang Koordinator Memasak

               Seorang Koordinator Dsitribusi

               Beberapa orang tenaga pembantu

              Lokasi Dapur Umum


               Letak Dapur Umum dekat dengan posko atau penampungan supaya mudah dicapai atau dikunjungi oleh korban

               Higienis lingkungan cukup memadai

               Aman dari bencana

               Dekat dengan transportasi umum

               Dekat dengan sumber air.

             Pendistribusian


§               Distribusi dilakukan dengan mengunakan kartu distribusi

§               Lokasi atau tempat pendistribusian yang aman dan mudah dicapai oleh korban

§               Waktu pendistribusian yang kosisten dan tepat waktu, misalnya dilakukan 2 kali sehari,makan pagi/siang dilaksanakan jam 10.00 s/d 12.00 wib, makan sore/malam jam 16.00 s/d 17.00 wib

§               Pengambilan jatah seyogyanya diambil oleh kepala keluarga atau perwakilan sesuai dengan kartu distribusi yang sah

§               Pembagian makanan bisa mengunakan daun, piring, kertas atau sesuai dengan pertimbangan aman, cepat, praktis dan sehat.


              

Lama penyelenggaraan DU

 §               Penyelengaraan Dapur Umum dilaksanakan pada situasi jika tidak memungkinkan diberikan bantuan bahan mentah
§               Sampai hari ketiga kepada korban yang dilaporkan

§               Hari ke 4 sampai ke 7, selektif, hanya yang benar-benar membutuhkan

§               Setelah tujuh hari pemberian bantuan dalam bentuk bahan mentah

         Bantuan tahap darurat paling lama 14 hari. (jika situasi kondisi masih dalam keadaan darurat dan disertai dukungan sarana dana memadai, atas permintaan dan sesuai kemampuan, pemberian bantuan dapat melampaui masa 14 hari.


               Peralatan memasak


                2 buah langseng ukuran 100 liter

               1 buah drum air ukuran 100 liter

               6 buah panci ukuran 50 cm

               2 buah wajan no 48

               2 buah serok pengorengan besar

               2 buah susukan wajan

               6 buah sendok takaran

               4 buah sendok sayur besar

               Peralatan penunjang


§               2 buah ember plastik berserta tutup

§               2 buah ember plastik untuk mengambil air

§               2 buah bakul nasi besar

§               2 buah cobek besar

§               6 buah pisau rajang

§               8 buah pisau pengiris

§               1 buah drum besar untuk menyimpan air

§               4 buah talenan

§               2 buah gayung air

§               2 buah ayakan bambu

§               2 meter selang plastik (menyesuaikan kebutuhan)

§               2 buah corong minyak

               Kompor


               Satu unit kompor dengan tanki berkapasitas 20 liter 3 kepala dan sebuah kompa.

               Atau 2 unit kompor dengan tanki ukuran 15 liter 2 kepala dan sebuah kompa kompor.

               Jika keadaan darurat dapat juga mempergunakan tungku batubata dengan bahan kayu bakar atau mengunakan kompor minyak.

              Syarat Menu


§               Memenuhi 4 sehat

-      Makanan pokok

-      Lauk pauk

-      Sayur mayur

-      Buah-buahan
§               Bahan mudah didapat

§               Biaya relatif murah, layak dan terjangkau

§               Dapat diterima baik orang dewasa maupun anak-anak

§               Praktis dan mudah cara pengolahannya


                     Menyiapkan Menu


§               Menyiapkan menu pagi dipilih teknik pengolahanya yang praktis dan mudah

§               Dipilih bahan yang mudah untuk disiapkan

§               Sebaiknya dipilih masakan tidak berkuah banyak

§               Sebisa mungkin hindari sayur bersantan

§               Pemilihan menu untuk memenuhi kebutuhan gizi

§               Variasi pemilihan menu agar tidak membosankan

§               Cara pengolahan dengan teknik yang baik agar menghasilkan masakan yang menarik

§               Membungkus makanan diusahakan dalam kondisi dingin

§               Dipilih bahan yang tidak banyak mengandung air

§               Apabila menggunakan bahan makanan yang diawetkan agar diperiksa tanggal kadaluwarsa

§               Untuk mendapatkan hasil yang bagus, pengolahan makanan dalam jumlah banyak memerlukan teknik khusus




Catatan

§               Berkisar Rp.5.000,- s.d. Rp. 7.000,- setiap porsi (disesuaikan dengan kondisi medan bencananya)

§               Kalau dari aspek menu makanan sudah terencana, maka dengan mudah anggaran biaya dapat dibuatkan.

§               Salah satunya tugas koordinator dapur umum adalah menjaga kontinuitas dari logistik dapur umum tersebut. Pasokan bahan baku masakan tidak boleh sampai tidak ada (sesuai dengan target jumlah makanan yang akan dibuat). Sementara sumber-sumber logistiknya bisa didapat dari berbagai pihak